ANAK KECIL BERJIWA BESAR

Written By Kang Soegie on Sabtu, 02 Juni 2012 | 15.44

Bagi Anda, pemirsa Trans Tujuh, acara Orang Pinggiran, pasti masih ingat dengan Liputan tentang Siti Bocah Penjual Bakso, seorang anak perempuan kecil yang harus berjualan bakso keliling kampung untuk membantu perekonomian keluarga. Ibunya yang seorang janda memang karena keterbatasan ekonomi hingga dengan sangat berat hati, mengizinkan Siti , sang anak perempuan tercinta untuk melakukan pekerjaan yang seyogyanya belum pantas dilakukan anak sekecil Siti. Di tayangan tersebut, digambarkan bagaimana satu tangan kecil Siti harus mengangkat Termos Baso yang bahkan ukurannya hampir sama besarnya dengan tubuh mungilnya, dan satu tangan lainnya mengangkat ember berisi air dan mangkok, lalu keliling kampung tanpa lelah untuk menjajakan Bakso hingga habis dengan upah uang Rp. 2.000,- . Bayangkan, dua ribu perak... :'(

Di Indonesia, kondisi tersebut, ditutupi atau tidak, memang banyak dan tanpa kita sadari pula, ada dan sering kelihatan disekitar kita. Cuma mungkin kadang kita terlalu sibuk dengan urusan kita, hingga tidak sempat kita perhatikan.

Anak-anak tersebut, dengan segala kondisinya, ditempa oleh keadaan hingga membuat meraka menjadi pribadi yang tangguh dan berjiwa besar. Sungguh tidak sebanding dengan umurnya yang masih anak-anak.
Dan diseluruh dunia memang tersebar Anak Kecil yang Berjiwa Besar. 2 diantaranya akan Kang Soegie ulas disini, yaitu :

# Tae-Ho, anak lelaki asal Korea Selatan yang dilahirkan kedunia dengan keadaan khusus : anggota tubuh yang tidak lengkap. Ia tidak memiliki lengan, dan pada bagian kakinya hanya terdapat empat jari. Tim medis yang menangani proses kelahirannya di tahun 2000, menprediksikan bahwa bocah malang ini tidak akan memiliki peluang untuk bertahan hidup hingga umurnya menginjak hitungan ke -10.
Belum cukup disitu, kemalangan yang menimpa Tae-Ho si anak tanpa lengan ini, tak lama setelah lahir, Tae-Ho ditinggalkan kedua orang-tua kandungnya karena mereka tidak tahan melihat kondisi anak yang telah mereka lahirkan, Maka Tae-Ho pun dikirim ke panti asuhan di Seung Ga-Won, KorSel oleh Holt (Children Service Incorporated).
Lantas apa yang terjadi pada Tae-Ho ? Umur memang mutlak hak preogratifnya Tuhan Sang Maha Pemberi Nafas. Tae-Ho masih terus hidup hingga kini umurnya menginjak 12. Ia tumbuh menjadi anak yang mandiri dan menyenangkan. Meskipun memiliki kekurangan, Tae-Ho tidak mau bergantung pada orang lain dan tidak mudah menyerah. Semua kegiatan ia lakukan sendiri termasuk makan dan mengganti pakaian.
Lihatlah video yang menggambarka keseharian Tae-Ho dibawah ini. Terbukti bahwa Tae-Ho adalah anak laki-laki yang berhati teguh dan berpikiran positif. Ia selalu menghadapi segala hal dengan senyuman. Ketika ditanya apakah ia mengalami kesulitan dengan keadaan tubuhnya ? Tae-Ho menjawab :"Tidak, saya baik-baik saja." Bahkan Tae-Ho selalu membantu saudara-saudaranya di Panti Asuhan. Tae-Ho pun mampu menjalani kegiatan belajar dan bermain seperti anak-anak normal lainnya.

# Zhang Da, anak lelaki kecil yang tinggal di sebuah desa di propinsi Zhejiang China. Ketika ibunya memilih untuk meninggalkan ayahnya yang sedang sakit-sakitan. Zhang Da justru memutuskan untuk merawat ayahnya. Anak lelaki yang belum genap berusia 10 tahun ini, bahkan berjuang dengan berbagai usaha untuk dapat melangsungkan kehidupan keluarganya.
Kemiskinan dan ketidak-berdayaan suaminya yang sakit-sakitan, menjadi alasan dari Ibunya Zhang Da untuk pergi meninggalkan keluarga Zhang Da. Setiap harinya Zhang Da merawat ayahnya dengan penuh kasih-sayang. Zhang Da harus memandikan ayahnya, bahkan tubuh kecilnya harus menggendong ayahnya yang berbadan beberapa kali lipat lebih besar dari tubuhnya ke Kamar Mandi. Zhang Da kecilpun harus memastikan ketersediaan obat-obatan untuk perawatan ayahnya.
Untuk memperingan biaya pengobatan ayahnya, Zhang Da belajar tentang obat-obatan dari buku bekas yang dibelinya. Zhang Da pun harus pintar menyuntik sendiri ayahnya, setelah belajar menyuntik dari seorang suster.
Meski sekolahnya jauh dari rumah, Zhang Da tetap belajar dengan sungguh-sungguh. Setiap harinya Zhang Da menempuh perjalanan panjang dari rumahnya ke sekolah dengan berjalan kaki. Melewati hutan, dan di hutan inilah Zhang Da belajar memakan buah-buahan, daun-daunan, dan biji-bijian yang ia temui.
Sepulang sekolah Zhang Da berusaha keras, dengan menjadi pemecah batu-batu besar. Hasil dari kerja kerasnya inilah yang dipergunakan Zhang Da untuk membeli beras dan obat-obatan bagi ayahnya.
Zhang Da, melakoni perjuangan hidup seperti itu selama 5 tahun, hingga pengabdiannya tersebut mengantarkan Zhang Da terpilih untuk mendapatkan penghargaan tertinggi "Tokoh Perbuatan Luar Biasa" dari pemerintah China pada Januari 2006.
Ketika Zhang Da ditanya apa yang dia paling ia inginkan saat itu ? setelah terdiam cukup lama, dengan yakin Zhang Da menjawab suatu keinginan yang sekian lama telah mengkristal di hatinya yaitu :"Aku mau mama kembali, Mama, kembalilah ke rumah, aku bisa membantu papa, aku bisa cari makan sendiri. Mama kembalilah... "
Zhang Da tidak mencari harta, juga tidak mencari perhatian yang luar biasa dari khalayak. Tidak haus pujian dengan menciptakan sensasi yang murahan. Zhang Da, adalah anak kecil dengan perbuatan kasih tulus yang luar biasa.

Melalui kedua kisah Anak Kecil Berjiwa Besar diatas, tentunya bisa menginspirasi kita untuk selalu bersyukur dengan kehidupan. Bersyukur dan senantiasa mensyukuri kehidupan. Cobalah untuk Tidak Mengeluh Tidak Mempunyai Sepatu Sebelum Melihat Orang Yang Tidak Punya Kaki. :)

2 komentar:

ibnoe.info mengatakan...

terima kasih kang soegie, yang telah sudi kiranya berkunjung ke blog saya.

Kang Soegie mengatakan...

Mas ibnoe, terimakasih untuk kunjungannya.. Salam ^_^

Posting Komentar