HARI ITU

Written By Kang Soegie on Kamis, 10 Mei 2012 | 22.54

Rinai rinai tawa sejenak menjelma...
menghempaskan embun yang menitik dipelupuk...
Tapi galaunya hati masih mendera...
Tak kuasa untuk menjemput asa...

Hari itu….

Hari itu, kumulai kompromi dengan diri. Meskipun masih selalu bergumpal sesal dihati tapi aku sudah harus melanjutkan hidup dengan penuh arti.

Tapi tak sekonyong-konyong ku bisa melepaskan penyesalan diri, masih tersisa remah-remah rasa di dada, hinggap menyelinap didasar jiwa. Rasa terbedakan, rasa ternistakan.

Hal ini membuatku menjadi selalu bertopeng diri, tumbuh menjadi orang yang bukan diriku sendiri yang selalu menyembunyikan perasaan. Melapisi diri dengan benteng-benteng kokoh kemunafikan supaya sekeliling tidak tahu apa yang ada direlung hati.

Tak jarang diriku tertawa sekuat-kuatnya walaupun kejadian yang kulihat cuma lucu sekedarnya, terbahak-bahak sampai mengeluarkan air mata… ya, mengeluarkan air mata, menangis ketika sedang tertawa itu bukanlah hal yang luar biasa.. dan sekelilingpun menganggap itu sah-sah saja.

Hari itu, kudapati  seraut  wajah.  Jauh diseberang pandangan. Sederhana, tak ada istimewanya. Biasa tak ada kata lainnya. Tapi kenapa pandangan ini seolah enggan beranjak dari wajahnya. Yang terkesan polos bersahaja. Seolah tiada kepura-pura’an ketika senyum mengembang dibibirnya. Teduh , utuh tak terjamah kesan kemunafikan, yang selama ini kutemukan di wajah-wajah orang lainnya dan tak lupa juga selalu aku kenakan. Dalam keterpanaan tanpa sadar terlontar sebuah tanya : “Siapa orang itu, Rin ?” . Sang pemberi jawabanpun menengadahkan wajah, menatap sosok yang aku tunjuk lalu, dengan tak acuh dia menyebutkan sebuah nama sambil tertunduk melanjutkan kesibukannya.

Hari itu, mulai berpendar sebuah rasa ganjil disini. di jiwaku. Dihatiku. Didadaku. Mataku seolah enggan untuk berpaling dari wajahnya. Mataku seolah enggan untuk kehilangan senyum sederhananya. Seolah ingin kucopot saja kedua bola mataku ini, lalu kutempelkan diwajahnya. Agar tiada sedetikpun waktu yang terlewatkan untuk selalu memperhatikan dirinya.  Ketika mataku berkedip dan lalu kehilangan sosoknya, ada sebuah sesal menggumpal, dan lalu mataku berputar mencari-cari kemana dirinya pergi gerangan.

Hari itu, kumulai merasa kehilangan kalau tiada melihat dirinya. Berdiri didepan tembok itu, atau bersender didekat pintu itu. Setiap pagi ada rasa harap, kubisa melihat sosoknya. Setiap pagi kuedarkan pandangan untuk mencari kehadirannya. Dan kalau dia tiada nampak ada rasa rindu yang menghentak-hentak.

Dan hari itu, ya mulai hari itu, ada sebuah keinginan didiri. Menggejolak , menggeliat. Kuingin lebih mengenal sosoknya. Kuingin lebih tau dirinya. Kuingin lebih dekat dengan dirinya. Apakah aku mulai jatuh cinta ? entahlah… aku gak berani memastikannya…….

0 komentar:

Posting Komentar