15 Gaya Pacaran ABG Ketika Belum Ada Internet, Hape, FB, BBM dan Twitter

Written By Kang Soegie on Jumat, 04 Januari 2013 | 14.54

Kalau ABG jaman sekarang, ketika semua hal begitu dimanjakan dengan tekhnologi dan semua kemudahannya dimana ketika rindu melanda pasti akan segera mengambil handphone pintar mereka untuk untuk mengobrol melepaskan kerinduan apakah itu dengan menelepon langsung atau cuma berkirim pesan melalui Blackberry Messenger atau WhatApps.

Atau kalau gak gitu, menebar pesona di jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter, mencari-cari tahu sidia sedang apa gerangan ? Apa status terbarunya gerangan ?

Lalu bagaimana dengan Gaya Pacaran ABG ketika belum ada Internet, Hape, FB, BBM dan Twitter ?

Jaman dulu, tapi gak dulu-dulu banget sich, gak seperti jaman batu, jaman es atau jaman belanda dan jaman jepang, ketika para ABG-nya belum mengenal apa itu yang namanya Internet. Dan jangankan handphone yang sekarang bahkan anak kecil segede upritpun udah punya dan udah pinter banget mengoperasikannya, alat komunikasi yang nyaris satu-satunya adalah telepon rumah yang tidak banyak orang memilikinya. Pesawat teleponnya pun masih yang puteran bukan yang pencet-pencet. Tapi semua hal tersebut tidak serta merta membuat para ABG di jaman tersebut mati gaya. Pokoknya kan seperti kata pepatah : "Dimana ada kemauan di situ ada jalan, dan dimana ada jalan disitu pasti banyak kendaraan, dan dimana banyak kendaraan disitu pasti ada terminal" (HALAH !!). Mereka juga punya Gaya yang mungkin kalau jaman sekarang bisa dibilang jadul tapi gak kalah romantis lo ya...

Dan gaya-gaya itu seperti apa ? Ini dia :

1. Ketika "Naksir", Ingin menembak si dia.
Pura-pura pinjem buku pelajaran, lalu dikembalikan plus bonus "PUISI CINTA" --kebanyakan bikinan temen sich, dituker dengan permen lolipop atau cilok--. Ada yang masih ingat dengan lagunya Iwan Fals "Buku Ini Aku Pinjam" ?. Agak frontal dikit menaruh "SURAT CINTA" di laci mejanya. Atau bikin pesawat-pesawatan dari kertas yang bertuliskan "I LOVE U FULL" yang diterbangkan dengan sangat hati-hati karena takut kepentok ke jidat lebarnya guru matekatika killer yang sedang mengajar menjulurkan lidah.
Habis itu H2C alias Harap-Harap Cemas menerima Surat... PENOLAKAN.... wkwkwkwkwkwk. Tapi, lebih enak ditolak lewat surat pastinya daripada dicerai lewat SMS --lah emangnya Ng'Aceng Fikri, wkwkwkkwkwk--, bisa dikumpulkan buat kenang-kenangan, koleksi penolakan yang kesekian... xixixixixixi
Tapi tentu saja, mekanisme pengiriman pesan tersebut rawan pembajakan dan salah sasaran. Maunya nembak Indah eh malah terkirim ke Indra... Bahaya kan ?
Ingat lagunya Vina Vanduwinata yang liriknya seperti ini "Surat Cintaku yang pertama, membikin berlomba seperti melodi yang indah hahaha kata-kata cintanya.." atau lagu Kangen dari Dewa 19 "Kau tuliskan padaku kata cinta yang manis dalam suratmu..." atau Hedi Yunus "Suratku ini, cerminan luka di hati..." , yang kalau jaman sekarang mungkin akan berganti lirik menjadi "e'mail cintaku yang pertama, membikin hatiku berlomba..."
Yang jatuh cinta suratnya disemprot parfum biar wangi. Terus bagaimana dengan yang sedang putus cinta ? disemprot pakai apa ? pakai obat anti serangga kali yak ??!! wkwkwkwkkwkwkwk... ups jangan ding !

2. Kirim-Kirim Salam Lewat Radio
Pulang sekolah mampir dulu ke stasiun Radio untuk membeli kupon media nitip pesan. Sore-sore siap di depan radio nunggu pesannya di bacain. Lalu terdengarlah suara merdu cetar membahana sang penyiar membacakan pesan kita, "Ya, buat paman gembul, nirmala dan donal bebek, tadi di kelas paman gober marah-marah melulu, hati-hati dengan si sirik, buat don kisot kembaliin kaset genesis gue, buat penyiarnya yang rukun aja ya ..., dari ikkyu san di planet krypton .... oya titip lagu madu dan racunnya Ari Wibowo ... spesial buat samwan yang tega meninggalkanku ...." Puas deh rasanya, padahal yang dikirimin pesan lagi pada molor semua. --Makanya lain kali jangan cuma kirim salam, tapi kirim juga laos, temulawak, kunir, dll, lho ??--

3. Cari Telepon Umum buat telpon lokal, nyiapin dulu uang seratusan yang bunder gede tipis-tipis
Sambil cari-cari telpon umum yang masih utuh, soalnya ada yang cuma tinggal gagangnya doang, ada juga yang "interior" masih utuh, jebulnya di atas nggak nyambung ke kabel telpon. Kadang nemu yang jalan, eh dipake tempat pacaran, atau berteduh waktu hujan. Pernah sih nunggu orang selesai telpon, eh dianya ngeluarin recehan segepok taruh di atas pesawat telpon. Ya udah deh, nyari lainnya aja. Eh malah diajarin anak-anak kecil ngunthet koin pake kawat, hayooo. Masih ingat pesan nan "mengharukan" ini, "Tiga menit waktu anda sudah habis, silakan masukkan koin lagi ..." Duh, koinnya dah habis buat main dingdong.

4. LDR, Menelopon Interlokal
Begadang nunggu di atas jam sepuluh malam, atau bangun jam empat pagi, lalu buru-buru ke wartel, biar dapat tarif murah/diskon. Saya ingat ketika itu, wartel masih jarang, bahkan kadang harus absen dulu terus pulang lagi ke rumah, dua jam lagi baru balik dan sampai gilirannya, saking banyaknya yang antri. Jadi ada wartel yang tiap malam selalu ramai, mirip agen porkas mau bukaan saja.

5. Menerima Telepon
Bagi anak kost yang cari tempat kost, biasanya punya pertanyaan tambahan, "Ada telpon?". Soalnya bisa numpang menerima telpon di tempat ibu kost. Siap-siap pagi-pagi jam empat dipanggil-panggil ada telpon interlokal dari kampung. Paling diledekin teman kost, "Tuh ... kau disuruh buruan pulang, mau dikimpoikan dengan calon pilihan ibu kau ...." Ada juga yang gemar ngerjain di kost, kalau ada telpon dari cewek. Nggak mungkin deh punya rahasia, lha wong telpon masuk siapa-darimana seisi kost tahu semua (terutama ibu kost), belum yang hobi nguping.

6. Pak Pos is My Hero
Menunggu-nunggu Pak Pos datang, terutama yang sedang di perantauan, kiriman kabar dari kampuang nan jauh di mato. Juga surat dari tambatan hati, wuiihhh ada cap bibirnya segala. Rasanya tulisan tangan plus wangi surat lebih berkesan -yah masak nulis surat cinta mesti ke rental dulu, lebih romantis tulisan ceker ayam ketimbang cetakan printer dot-matrik yang pitanya udah kusut dan mbrodholi, maklum di rental-- soalnya bisa diciumi tiap hari... xixixixiixxixi. Pokoknya Pak Pos is the one and only selalu dinanti meski kadang telat.

7. Pas Saat Janjian
Pastikan tempatnya dengan jelas, supaya jangan sampai tlisiban --apa ya artinya ini ? pokoknya, kau kesini, dia kesitu, kau begini, dia begitu, dia menunggu di sana, kau menunggu di situ--. Konyol kan kalau janjiannya di alun-alon lor, panjenengan menunggunya di alun-alun kidul. Benarkah keberadaan ponsel sekarang meminimalkan potensi tlisiban?

8. Kartu Ucapan Hari Raya
Nyari-nyari dan pilih-pilih kartu Lebaran atau Natal. Sebenarnya nggak apa juga sih pilih satu set yang sama, soalnya kirimnya kan ke orang yang berbeda. Ada yang kreatif, bikin sendiri kartu lebarannya digambar sendiri. Ngirim kartu biar hemat prangko, nggak usah dilem amplopnya ya....

9. Tidak ada telepon, mau kirim berita cepat
Pilihannya adalah kilat khusus. Atau lewat telegram saja (duh, yang ini udah punah deh), oke, kma ttkhbs --ssstt ... pelajaran bahasa Indonesia di sekolah masih ada nggak cara menulis telegram?--. Mau lebih hemat lagi tapi lebih cepat, ya belajar telepati aja... wkwkwkwkkwkwkwk

10. Tidur lebih nyenyak, bangun lebih enak
Coba sekarang, baru melek dikit sudah melirik ada pesan masuk tidak, ada miscalled tidak, masuk WC aja ganti dulu statusnya, pagi-pagi belum sarapan burjo sudah sarapan pulsa dulu.

11. Lebih mudah bikin alasan/ngumpet
Kalau jaman sekarang kan alasannya cuman dua, low-bat atau nggak ada sinyal. Dulu nggak ada yang protes, "Kenapa sih telpon dimatikan, nggak diangkat-angkat, SMS nggak dibales...."

12. Apa itu di dalam kantong?
Kalau saku kelihatan mblendhuk, jelas bukan batangan HP apalagi blekberi, mungkin batangan coklat atau wafer. Atau jangan-jangan nggembol sego kucing buat sangu... hihihi....

13. Lebih banyak garuk-garuk
Kalau sekarang kan waktu bengong jari bisa diberdayakan untuk pijet-pijet tombol kalo nggak ngurusin SMS kan bisa main game di ponsel. Lha dulu masak gede-gede bawa gamewatch kan nggak wangun. Sebenarnya klaim ini masih perlu riset, benarkah keberadaan ponsel mengurangi frekuensi garuk-garuk. Kalo orang Jawa bilang, "Seko kukur-kukur malih dadi tutul-tutul".

14. Mau backstreet ?
Bila perlu pakai cara pramuka, pakai bahasa sandi atau surat yang hanya bisa terbaca dengan cara khusus. Lha yang punya pesawat telpon di rumah juga ditungguin babe ama enyak.

15. Sebelum mulai pelajaran
Sekarang : Harap semua ponsel dimatikan, jangan ada yang mainan SMS saat pelajaran. Dulu : Harap semua komik disimpan, jangan ada yang baca stensilan saat pelajaran.

Nha, sobat-sobat Kang Soegie ada yang sempet mengalami gaya berpacaran seperti itukah ?  mengerlingkan mata

5 komentar:

Anonim mengatakan...

Nice.. Nostalgilaa jadinya Kang..hehehe..

Stiker Jalingkut mengatakan...

hehehehe betul jga bang

Kang Soegie mengatakan...

Anonim... mengenang masa-masa lalu waktu masih abg yak ? hehehehehehe... Salam ^_^

Kang Soegie mengatakan...

Brebes VS Lamongan... kalau yang prodak di bawah 80an pastinya akan merasakannya.... hehehhe
Salam ^_^

Anonim mengatakan...

gw bangettttt,,hahahaa...

Posting Komentar