Keikhlasan...

Written By Kang Soegie on Selasa, 05 Februari 2013 | 14.52

Ada pepatah konyol yang menjabarkan arti kata Ikhlas :

Ikhlas itu adalah seperti pada saat kita buang air besar... Seberapa mahalpun makanan yang telah kita makan, kita tidak merasa sedikitpun menyesal telah membuangnya...

Perumpamaan diatas memang konyol dan menggelikan, tapi secara harfiah, memang benar, itukan sebuah "Keikhlasan" ?

Tadi malam, sekitar jam 8an, pada saat Kang Soegie lagi enak-enak-nya leyeh-leyeh di tempat tidur sambil nonton tv, tiba-tiba pintu kamar kost ada yang ketuk. Ketika Kang Soegie buka, banyak bergerombol anak-anak muda dan salah seorangnya nyodorin map sambil berkata :"Maaf mas, kami dari pemuda banjar di belakang, mau minta sumbangan alakadarnya untuk ogoh-ogoh..." terus Kang Soegie tanya :"berapa yah ? yang lain gimana ? ngasih berapa mereka ?", yang nyodorin map menjawab :"serelanya mas, tapi biasanya sich sepuluh ribu...."

Dan Kang Soegie-pun mengambil dompet dan mengeluarkan uang lembaran lima ribuan dua lembar lalu menyerahkannya pada anak-anak muda tersebut. Relakah/Ikhlaskah Kang Soegie ? entahlah.. antara tidak ikhlas dan mencoba untuk mengikhlaskan/merelakannya berbaur tumpang-tindih.

Keikhlasan... sebuah kata kerja yang begitu mudah untuk diucapkan dan banyak terdengar oleh kita yang sering mengucapkannya. Lalu bagaimana dengan pengaplikasian Keihlasan tersebut dalam kehidupan sehari-hari ?

Dalam kehidupan sosial, apakah itu relation dalam bentuk pertemanan atau per"kasih"an antara dua orang atau lebih, sebuah ke'tulus'an yang dapat diartikan dengan ke'ikhlas'an, sepertinya telah menjadi absurd. Pastinya dengan atau tanpa kita sadari, kita selalu memilih teman itu karena ada apa-apanya yang bisa kita ambil manfaat. Dan jadilah, dalam setiap hubungan itu azas manfaat atau saling memanfaatkan pasti terjadi. Disadari atau tidak ! Lalu dimanakah letak ke'tulus'an dan ke'ikhlas'an ? Entahlah

Pada saat  kita menyumbang atau beramal, baik langsung ke personal ataukah ke tempat ibadah pada saat kita beribadah dan atau ke badan-badan amal/zakat, diakui atau tidak diakui, bukankah di relung hati kita selalu tersimpan harap bahwa apa-apa yang telah kita berikan akan mendapat balasan/imbalan. Lalu dimanakah letak ke'tulus'an dan ke'ikhlas'an ? Entahlah

Dan bahkan, sering terucap dari mulut-mulut orang tua bahwa kita mengurus anak-anak kita yang notabene adalah anak kandung kita, darah daging kita, seringkali terbersit harapan kelak suatu hari nanti, kita akan balik diurus oleh mereka, anak-anak kita. Bukankah itu juga berarti, kita mengharapkan pamrih ? sebuah imbalan ? Lalu, dimanakah letak ke'tulus'an dan ke'ikhlas'an ? Entahlah


0 komentar:

Posting Komentar